DUAALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA. Rabu, 25 Maret 2009 , Posted by Qym at 3/25/2009 11:19:00 AM Dari berbagai aliran penddidikan di Indonesia ada dua aliran pokok yang perlu kita pelajari yaitu pendidikan Taman Siswa dan Pendidikan INS. Hal ini antara lain karena latar belakang dan kepentingan pendiriannya untuk semua bangsa
Aliran pokok pendidikan di Indonesia itu yang dimaksudkan adalah perguruan kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS itu saja. Salah satu yang kini mempunyai sekolah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, sebagai contoh adalah Muhammadiyah dan Maâarif. Sedangkan yang bercorak kebangsaan adalah perguruan kebangsaan Taman Siswa, ruan pendidik INS Kayu Tanam, Kesatrian Institut, Perguruan Rakyat, dan sebagainya. Setelah kemerdekaan, telah di upayakan mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional sesuai ketetapan ayat 2 pasal 31 dari UUD 1945. Oleh karena itu, kajian terhadap aliran-aliran pokok pendidikan tersebut Taman Siswa,INS Kayu Tanam, Muhammadiyah, dan Maâarif seyogyanya dalam latar sisdiknas Aliran pokok pendidikan di Indonesia itu yang dimaksudkan adalah perguruan kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS itu saja. Salah satu yang kini mempunyai sekolah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, sebagai contoh adalah Muhammadiyah dan Maâarif. Sedangkan yang bercorak kebangsaan adalah perguruan kebangsaan Taman Siswa, ruan pendidik INS Kayu Tanam, Kesatrian Institut, Perguruan Rakyat, dan sebagainya. Setelah kemerdekaan, telah di upayakan mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional sesuai ketetapan ayat 2 pasal 31 dari UUD 1945. Oleh karena itu, kajian terhadap aliran-aliran pokok pendidikan tersebut Taman Siswa,INS Kayu Tanam, Muhammadiyah, dan Maâarif seyogyanya dalam latar sisdiknas tersebut. PERGURUAN KEBANGSAAN TAMAN SISWA Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, Lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan taman Indira Taman kanak-kanak dan Kursus Guru, selanjutnya Taman muda SD , disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru Mulo-Kweekschool . Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan. a. Asas dan Tujuan Taman Siswa Perguruan Kebangsaan taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut dikenal dengan âasas 1922â , sebagai berikut 1 Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri Zelf Besschikkingsrecht dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum. 2 Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. 3 Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. 4 Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat. 5 Hidup dengan kekuatan sendiri 6 Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan Zelfbegrotings-system . 7 Berhamba pada anak didik Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa melengkapi â Asas 1922â tersebut dengan â Dasar-dasar 1947 â yang disebut pula â Panca Dharma â yaitu 1. Asas Kemerdekaan 2. Asas Kodrat Alam 3. Asas Kebudayaan 4. Asas Kebangsaan 5. Asas Kemanusiaan Tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa adalah Ă Sebagai Badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai. Ă Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. b. Upaya-upaya pendidikan yang dilakukan Taman siswa Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya Taman Siswa berusaha dengan jalan sebagai berkut Ă Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Ă Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa. Ă Menumbuhkan lingkungan hidup keluraga Taman Siswa, sehingga dapat tampak wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan. Ă Meluaskan kehidupan ke Taman Siswa-an di luar lingkungan masyarakat perguruan. Ă Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan hidup Taman Siswa Ă Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-bentuk badan social, Usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru Indonesia, usaha pendidikan kader pembangunan. Ă Mengusahakan terbentuknya pusat â pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat. c. Hasil-hasil yang dicapai Berbagai hal seperti pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga â lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan. Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan. INS KAYU TANAM Ruang pendidik INS Indonesia Nederlandsche School didirikan oleh Mohammad Sjafei lahir di Matan, Kalbar tahun 1895 pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam Sumatera barat . a. Asas dan tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai asas-asas sebagai berikut 1 Berpikir logis dan rasional 2 Keaktifan atau kegiatan 3 Pendidikan masyarakat 4 Memperhatikan pembawaan anak 5 Menentang intelektualisme Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia, menjadi sebagai berikut Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Kerakyatan, Kebangsaan, Kebangsaan, Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan, Percaya pada diri sendiri juga pada Tuhan, Berakhlak bersusila setinggi mungkin, Bertanggung jawab akan keselamatan nusa dan bangsa, Berjiwa aktif positif, Mempunyai daya cipta, Cerdas, logis dan rasional, Berperasaan tajam, halus dan estetis,Gigih atau ulet yang sehat,Correct atau tepat,Emosional atau terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap berbahasa,Sanggup hidup sederhana, Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan, Sebanyak mungkin memakai kebuyaan nasional, Waktu mengajar para guru menjadi objek dan murid sebagai subjek, Para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, Diusahakan agar pelajar mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi, Pemeliharaanperawatan sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik- baiknya, Kewajiban harus dipenuhi, Hemat. Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam adalah 1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan 2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat 3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat 4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab 5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan a. Usaha â usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam â Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan â gagasannya tentang pendidikan nasional â Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan dan program khusus untuk menjadi guru â Penerbitan Majalah anak âanak Sendi, buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf dan angka, mencetak buku â buku pelajaran. b. Hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Mengupayakan gagasan â gagasan tentang pendidikan nasional terutama pendidikan keterampilan / kerajinan, beberapa ruang pendidikan jenjang persekolahan , dan sejumlah alumni. MUHAMMADIYAH Muhammadiyah didirikan oleh seorang yang bernama KH. Ahmad Dahlan Pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 H/ 18 Nopember 1912 M di Yogyakarta ia mendirikan organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi yang menghembuskan jiwa pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia bergerak di berbagai bidang kehidupan umat. Nama Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yaitu nama Rasulullah Saw, dan diberi tambahan ya nisbah dan ta marbuthah yang berarti pengikut Nabi Muhammad Saw. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah hasil Muktamar ke-41 di Surakarta. Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber pada ajaran Al-Quran dan Sunnah. a Tujuan didirikanya muhammadiyah. Rumusan âMaksud dan Tujuan Muhammadiyahâ mengalami perubahan dari keadaan kepada keadaan lainnya sesuai dengan perkembangan masa. Pada awal berdiri nya, rumusan itu berbunyi a menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumiputera di dalam Karesidenan Yogyakarta; dan b memajukan agama Islam kepada Muhammadiyah meluas keluar daerah Yogyakarta, dan setelah berdirinya beberapa cabang di wilayah Indonesia, rumusan Maksud dan Tujuan Muhammadiyah disempurnakan menjadi a memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda; dan b memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada keluarnya Undang-undang No. 8 tahun 1985 yang mewajibkan organisasi kemasyarakatan mencantumkan satu azas Pancasila, maka terjadilah perubahan azas Muhammadiyah dari Islam menjadi Pancasila. Akibatnya rumusan Maksud dan Tujuan Muhammadiyah juga berubah. Perubahan itu dihasilkan melalui Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta, menjadi âMengakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wa Taâala. LEMBAGA PENDIDIKAN MAâARIF Lembaga Pendidikan Maâarif Nahdlatul Ulama PP LP Maâarif NU merupakan salah satu aparat departementasi di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama NU. Didirikannya lembaga ini di NU bertujuan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan NU. Bagi NU, pendidikan menjadi pilar utama yang harus ditegakkan demi mewujudkan masyarakat yang mandiri. Gagasan dan gerakan pendidikan ini telah dimulai sejak perintisan pendirian NU di Indonesia. Dimulai dari gerakan ekonomi kerakyatan melalui Nadlatut Tujjar 1918, disusul dengan Tashwirul Afkar 1922 sebagai gerakan keilmuan dan kebudayaan, hingga Nahdlatul Wathan 1924 yang merupakan gerakan politik di bidang pendidikan, maka ditemukanlah tiga pilar penting bagi Nadhlatul Ulama yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1334 H, yaitu 1 wawasan ekonomi kerakyatan 2 wawasan keilmuan, sosial, budaya; dan 3 wawasan kebangsaan. Untuk merealisasikan pilar-pilar tersebut ke dalam kehidupan bangsa Indonesia, NU secara aktif melibatkan diri dalam gerakan-gerakan sosial-keagamaan untuk memberdayakan umat. Di sini dirasakan pentingnya membuat lini organisasi yang efektif dan mampu merepresentasikan cita-cita NU; dan lahirlah lembaga-lembaga dan lajnahâseperti Lembaga Dakwah, Lembaga Pendidikan Maâarif, Lembaga Sosial Mabarrot, Lembaga Pengembangan Pertanian, dan lain sebagainyaâyang berfungsi menjalankan program-program NU di semua lini dan sendi kehidupan masyarakat. Gerakan pemberdayaan umat di bidang pendidikan yang sejak semula menjadi perhatian para ulama pendiri the founding fathers NU kemudian dijalankan melalui lembaga yang bernama Lembaga Pendidikan Maâarif Nahdlatul Ulama LP Maâarif NU. Lembaga ini bersama-sama dengan jamâiyah NU secara keseluruhan melakukan strategi-strategi yang dianggap mampu meng- cover program-program pendidikan yang dicita-citakan NU. Lembaga Pendidikan Maâarif Nahdlatul Ulama LP Maâarif NU merupakan aparat departentasi Nahdlatul Ulama NU yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan-kebijakan pendidikan Nahdlatul Ulama, yang ada di tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, dan Pengurus Majelis Wakil Cabang. Kedudukan dan fungsi LP Maâarif NU diatur dalam BAB VI tentang Struktur dan Perangkat Organisasi pasal 1 dan 2; serta ART BAB V tentang Perangkat Organisasi. LP Maâarif NU dalam perjalannya secara aktif melibatkan diri dalam proses-proses pengembangan pendidikan di Indonesia. Secara institusional, LP Maâarif NU juga mendirikan satuan-satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar, menangah hingga perguruan tinggi; sekolah yang bernaung di bawah Departemen Nasional RI dulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun madrasah; maupun Departemen Agama RI yang menjalankan Hingga saat ini tercatat tidak kurang dari 6000 lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air bernaung di bawahnya, mulai dari TK, SD, SLTP, SMU/SMK, MI, MTs, MA, dan beberapa perguruan tinggi. II. VISI DAN MISI Visi Dengan mengambangkan sistem pendidikan dan terus berupaya mewujudkan pendidikan yang mandiri dan membudayakan civilitize , LP Maâarif NU akan menjadi pusat pengembangan pendidikan bagi masyarakat, baik melalui sekolah, madrasah, perguruan tinggi, maupun pendidikan masyarakat. Merepresentasikan perjuangan pendidikan NU yang meliputi seluruh aspeknya, kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menciptakan komunitas intitusional yang mampu menjadi agent of educational reformation dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembangunan masyarakat beradab. Misi Menciptakan tradisi pendidikan melalui pemberdayaan manajemen pendidikan yang demokratis, efektif dan efisien, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, terutama pada masyarakat akar rumput grass root , sehingga terjalin sinegri antar kelompok masyarakat dalam memajukan tingkat pendidikan. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh kualitas tenaga kependidikan, baik kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi melalui penyetaraan dan pelatihan serta penempatan yang proporsional, dengan dukungan moral dan material. Mengembangkan system informasi lembaga pendidikan sebagai wahana penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi serta penyebarluasan gagasan, pengalaman dan hasil-hasil kajian maupun penelitian di bidang ilmu, sains dan teknologi lewat berbagai media. Memperkuat jaringan kerja sama dengan instansi pemerintah, lembaga/institusi masyarakat dan swasta untuk pemberdayaan lembaga pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan maupuh subyek-subyek yang terlibat, langsung maupun tidak langsung, dalam proses-proses pendidikan. Kesimpulan Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini , dan masa yang akan datang terus berkembang. Aliran tersebut mempengaruhi pendidikan da seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indinesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan-gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yakni Taman Siswa, INS Kayu Tanam dan 2 aliran pendidikan yang mengangkat agama islam di dalamnya yakni Muhammadiyah dan Maâarif. Setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan sehari-hari. Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik, sebab penggunaanya disesuaikan denan tingkat kebutuhan, dan kondisinya pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri.
Aliranini berpendapat bahwa pada dasarnya semua anak (manusia) adalah baik. Meskipun aliran ini percaya dengan kebaikan awal manusia, aliran ini tidak menafikan peranan dan pengaruh lingkungan atau pendidikan. Pendidikkan yang baik akan mengantarkan terciptanya manusia yang baik. Sebaliknya pendidikan dan lingkungan yang jelek akan
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran- pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut Aliran-Aliran Pendidikan. Setiap calon tenaga kependidikan, utamanya calon pakar kependidikan, harus memahami berbagai aliran-aliran itu agar dapat menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran-pemikiran dalam pendidikan tersebut. Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta perkiraan/antisipasi masa datang. Pemaparan aliran-aliran pendidikan penting karena sebagai pembekalan wawasan historis terhadap setiap calon tenaga kependidikan. 1. Perguruaan Kebangsaan Taman Siswa Didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta. Taman siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria Taman Kanak-Kanak dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda SD, Disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru. Asas dan Tujuan Taman Siswa Terdapat tujuh asas dalam Perguruan Kebangsaan Taman Siswa yang di sebut âasas 1992â adalah sebagai berikut 1 Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya persatuan dalam perikehidupan umum. Dari asas yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai tata dan tentram, Orde on Vrede. Dari asas ini pulalah lahir âsistem amongâ, dalam cara man guru memperoleh sebutan âpamongâ yaitu sebagai pemimpin yang berdiri di belakang dengan bersemboyan âTut Wuri Handayaniâ, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. 2 Pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Siswa jangan selalu dicekoki atau disuruh menerima buah fikiran saja, melainkan para siswa hendaknya dibiasakan mencari/menemukan sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan fikiran dan kemampuannya sendiri. 3 Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. 4 Pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat. 5 Untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat, baik ikatan lahir maupun batin. 6 Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. Dari asas ini tersirat keharusan untuk hidup sederhana dan hemat. 7 Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak. Asas ini disebut sebagai âasas berhamba kepada anak didikâ dan di kenal dengan istilah âpamongâ atau istilah sekarang pahlawan tanpa tanda jasa. Ketujuh asas di atas diumumkan pada tanggal 3 juli 1922, bertepatan dengan berdirinya Taman Siswa, dan disahkan oleh Kongres Taman Siswa yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 7 Agustus 1930. Dasar Taman Siswa Dalam perkembangan selanjutnya taman siswa melengkapi âasas 1922â dengan dasar-dasar 1947 yang di sebut dengan Panca Dharma,yakni sebagai berikut 1 Asas kemerdekaan harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. 2 Asas kodrat alam berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan mengalami bahagia jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam 3 Asas kebudayaan Taman Siswa tidak berarti asal memelihara kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir dan batin tiap-tiap zaman dan keadaan. 4 Asas Kebangsaan Taman Siswa tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, malahan harus menjadi bentuk dan fiil kemanusiaan yang nyata dan tidak mengandung permusuhan dan perpecahan. 5 Asas kemanusiaan menyatakan bahwa dharma tiap-tiap manusia adalah mewujudkan kemanusiaan. Tujuan Taman Siswa 1 Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang tertib dan damai. 2 Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyrakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Upaya-upaya Pendidikan Beberapa usaha yang dilakukan oleh Taman Siswa adalah menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman Siswa membentuk pusat â pusat kegiatan kemasyarakatan. Hasil-Hasil yang dicapai Taman Siswa telah berhasil mengemukakan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni â alumni besar di Indonesia. 2. Ruang pendidik INS Kayu Tanam Ruang pendidik INS Indonesia Nederlandsche School didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam 9 Sumatra Barat. Pada tahun 1952, dengan hanya ada 30 orang siswa, Ins mendirikan percetakan Sridharma yang menterbitkan majalah bulanan Sendi dengan sasaran khalayak adalah anak â anak. Asas-asas ruang pendidikan 1 Berpikir logis dan rasional 2 Keaktifan dan kegiatan 3 Pendidikan masyarakat 4 Memperhatikan pembawaan anak 5 Menentang intelaktualisme Tujuan ruang pendidik INS Kayu Tanam 1 Mendidik rakyat kearah kemerdekaan 2 Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat 3 Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat 4 Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab 5 Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan Usaha-usaha ruang pendidik INS Kayu Tanam 1 Dalam bidang kelembagaan. a Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan b Program khusus untuk menjadi guru yakni tambahan satu tahun setelah ruang dewasa untuk pembekalan kemampuan mengajar dan praktek mengajar. 2 Usaha mandiri a Penerbitan sendi majalah anak-anak b Buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf/aksara dan angka dengan judul âKunci 13â c Mencetak buku pelajaran Hasil-Hasil yang Dicapai Bebrapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan majalah anak-anak sendi, serta buku-buku pelajaran. Dan usaha yang dilakukan antara lain ; 1 Mengupayakan gagasan-gagasab tentang pendidikan nasional utamanya pendidikan ketrampilan/kerajinan 2 Mengupayakan bebrapa ruang pendidik jenjang persekolahan dan sejumlah alumni. Dan bebrapa alumni telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafiâi yakni Dasar-Dasar Pendidikan 1976 3 Pendidikan Muhammadiyah Didirikan tanggal 18 November 1912 di yogyakarta, oleh KH Ahmad Dahlan. Pendidikan Muhammadiyah merupakan gerakan islam amar maâruf nahi munkar beraqidah islam dan bersumber pada alquran dan sunah serta menjunjung tinggi ajaran agama islam sehingga tercipta masyarkat islam yang sebenarnya â benarnya. 1 Latar Belakang Berdirinya Pendidikan Muhammadiyah 1 Kerusakan di bidang kepercayaan/agama aqidah 2 Kebekuan dalam bidang hukum fiqih. 3 Kemunduran dalam pendidikan islam 4 Kemajuan zending kristen dan misi katolik. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah 1 Aqidah yang lurus 2 Akhlaqul karimah Budi pekerti yang terpuji. 3 Akal yang sehat dan cerdas. 4 Keterampilan 5 Pengabdian pada masyarakat. Dasar Pendidikan Muhammadiyah 1 Tajjdid, ialah kesetiaan kita berdasarkan pemikiran baru untuk mengubah cara berfikir . 2 Kemasyarakatan,yaitu antara individu dan masyarakat diciptakan suasana yang salaing membutuhkan. 3 Aktivitas, artinya anak didik harus mengamalkan semua yang diketahui. 4 Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang Didirikan pada tanggal 1 November 1923 oleh Rahmah El Yunusiyah. Latar Belakang Berdirinya Diniyah Putri Karena ketidak puasan terhadap rahmah el yunusiyah terhadap diniyah school yang melayani kebutuhan wanita yang tidakterjangkau baik yang berkaitan dengan persoalan agama, maupun yang berkaitan dengan kebutuhan keterampilan keputrian sebagai istri, anak. Tujuan Pendidikan Diniyah Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan islam dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa islam dan ibu pendidik yang cakap arif serta bertanggung jawab. Dasar Pendidikan Diniyah Putri Didasarkan pada ajaran agama islam dengan berpedoman pada Alqurâan dan Sunah Rasul. 4 Pendidikan Maâarif Pendidikan Maâarif saat ini merupakan bagian dari organisasi Nahdatul Ulama. Cikal Bakal pendidikan Maâarif mulai berkembang pada tahun 1916 ketika dua Kiyai, Abdul Wahab hasbullah dan Mas Mansur, mendirikan kursus debat yan diberi nama Taswirul Afkar. Kursus ini kemudian berkembang dengan dibentuknya Jamâiyah Nahdatul Wathon yang bertujuan memperluas dan meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Mulanya Maâarif dalam bentuk Madrasah berkembang di Jawa Timur, kemudian menyebar ke daerah-daerah lain dengan dipelopori oleh para ulama NU. Mula-mula corak pendidikannya adalah menyerupai âpesantren yang diformalkanâ, dengan hanya memuat pendidikan agama dalam kurikulumnya. Dalam perkembangan kemudian, sebagaimana Muhammadiyah, Maâarif memasukkan materi umum ke kurikulumnya. Muktamar II NU Muktamar II NU di Surabaya pada tahun 1927 memutuskan untuk memberikan perhatian yang penuh pada pengembangan madrasah dengan dana ditanggung oleh umat islam, dan menolak bantuan dari Belanda. Dalam Muktamar NU ke-4 di Semarang, para ulama membentuk bagian khusus dalam tubuh NU yang menangani pendidikan, yang disebut Maâarif. Sejak saat itu gerak NU dalam menyelenggarakan pendidikan semi-formal yang coraknya banyak berbeda dengan pesantren yang menjadi basis NU mulai berkembang dan ditangani secara sungguh-sungguh. Basis pendidikan Maâarif Basis pendidikan Maâarif pada dasarnya adalah pesantren yang juga merupakan basis utama kegiatan pendidikan NU. Hal inilah antara lain membedakannya dengan Muhammadiyah yang lebih agresif dan sistematis dalam mengembangkan sistem pendidikan sekolahnya dengan menerapkan manajemen modern. Hasil yang dicapai Meskipun perkembangan lembaga pendidikan Maâarif tidak secepat dan seluas Muhammadiyah, pendidikan ini ikut memberikan andil dalam pendidikan nasional, baik melalui pemikiran-pemikiran para tokohnya maupun melalui lembaga-lembaga pendidikan yang dimilikinya. . SIMPULAN Kajian tentang aliran dan gerakan pendidikan akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar para pendidik dapat memahami, dan pada akhirnyaa kelak dapat memberi kontribusi terhadap dinamika pendidikan itu. Disusun Oleh ARIS WAHYONO FATHUR ROHMAN WAHID LILIS HANDAYANI RINI IRIANTI WELLY SANTOSO
SISTEMPENDIDIKAN INDONESIA. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Indonesia adalah negara yang berdasarkan padaPancasila dan Undang- Undang dasar 1945 yang di dalamnya diatur bahwa pendidikan diusahakan dan
Wawasan Pendidikan; kali ini sobat pendidikan akan berbagi artikel tentang Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia. semoga bermanfaat. Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia. Manusia merupakan makhluk yang misterius, yang mampu menjelajah angkasa luar, tetapi âangkasa dalamnya masih belum cukup terungkap; minimal para pakar dari ilmu-ilmu perilaku cenderung berbeda pendapat tentang berbagai hal mengenai perilaku manusia itu. Sehubungan dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan, perbedaan pandangan itu berpangkal pada perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia perbedaan penekanan didalam suatu teori kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang paling berpengaruh dominan dalam perkembangan dari Strategis Disposisional, terutama yang berdasar pada pandangan biologis konstitusional dari Kretsch merdan Sheldon, memberikan tekanan pada pengaruh faktor hereditas, sedang teori-teori dari Strategi Behavioral dan Strategi Phenomenologis menekankan faktor belajar. Kedua strategi yang terakhir ini, meskipun keduanya menekankan faktor belajar, tetapi mengemukakan pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi, akibat perbedaan pandangan tentang hakikat manusia. Strategi behavioral memandang manusia terutama sebagai makhluk pasif yang tergantung pada pengaruh lingkungannya,sedang strategi phenomenologis memandang manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri. Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap manusia,mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia. Seperti dalam kajian selanjutnya, bahwa aliran konvergensi mencoba mengemukakan pandangan menyeluruh, dan karena itu, diterima luas oleh banyak pihak. A. Aliran Empirisme Aliran Empirisme bertolak dari locken Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Menurut pandangan empirisme biasa pula disebut emvironmentalisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Aliran emperisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat yang jelek. Jadi perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungan atau dengan pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang di peroleh dari kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan,menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karna berbakat,meskipun lingkungan sekitarnya tidak ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampat pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tingkah laku. B . Aliran Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Tokoh aliran nativisme adalah Schopen hauer seorang filsuf jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir. Factor lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa âyang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baikâ. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri. Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi baik. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar. Meskipun sering ditemukan anak mirip orang tuanya secara fisik dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu âintiâ pribadi yang mendorong manusia untuk mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas. C. Aliran Naturalisme Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir didunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga Naturalisme sering disebut negativisme. Naturalisme memiliki prinsip tentang proses pembelajaran. M arifin dan Amiruddin R, 1992 ;9 bahwa peserta didik belajar melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam diri secara alami. Pendidikan hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian peserta didik kearah pendangan yang positif dan tanggapan terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari jawab belajar tergantung pada diri peserta didik sendiri. Program pendidikan disekolah harus sesuai dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar peserta didik. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuan-kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya. Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat artificial dan dapat membawa anak kembali kealam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini tidak terbukti malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan. D. Aliran Konvergensi Perintis aliran ini adalah William Stern 1871-1939, seorang ahli pendidikan bangsa jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan didunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Willian Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan sebagai berikut a. Pembawaan b. Lingkungan c. Hasil pendidikan/perkembangan. Jadi menurut teori konvergensi Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. Jadi tegasnya proses pendidikan adalah hasil kerjasama dari faktor-faktor yang dibawa ketika lahir dengan lingkungan. Pengaruh Aliran Klasik terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar dinegeri Belanda pada masa penjajahan. Setelah kemerdekaan Indonesia, gagasan-gagasan dalam aliran-aliran pendidikan itu masuk ke Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang belajar diberbagai negara di Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lain. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia. Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja. 1 Pengajaran alam sekitar. Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain Fr. A. Finger 1808-1888 di Jerman dengan heimatkunde pengajaran alam sekitar, dan J. Ligthart 1859-1916 di Belanda dengan Het Volle-leven kehidupan senyatanya. Dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar, anak akan lebih menghargai,mencintai, dan melestarikan lingkungannya. 2 Pengajaran pusat perhatian Dari penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas dari Decroly, yaitu ⢠Metode Global keseluruhan ⢠Centre dâinteret pusat-pusat minat Anak mempunyai minat-minat sponstan terhadap diri sendiri dan minat spontan terhadap diri sendiri itu dapat kita bedakan menjadi Dorongan mempertahankan diri Dorongan mencari makan dan minum Dorongan memelihara diri Sedangkan minat terhadap masyarakat biososial ialah Dorongan sibuk bermain-main Dorongan meniru orang lain. Dorongan-dorongan inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan pendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat tersebut. 3 Sekolah kerja Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan. Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara. Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara. Oleh karena demikian banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka sekolah kerja dibagi menjadi tiga golongan besar Sekolah perindustrian Sekolah perdagangan Sekolah rumah tangg, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik. 4 Pengajaran proyek Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajar proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah secara multidisiplin. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya dalam masyarakat yang maju. 5 Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia. Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar disekolah, namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional. Akhirnya perlu ditekankan lagi bahwa kajian tentang pemikiran-pemikiran pedidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaat untuk memperluas pemahaman tentang seluk beluk pendidikan, serta memupuk wawasan historis dari setiap tenaga kependidikan. Sumber Umar Tirtarahardja & L. La Sulo. 2015. Pengantar Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta Rineka Cipta. Abdul Kadir. 2012. Dasar-dasar pendidikan. Jakarta Kencana
AliranAliran Pendidikan. 1. Aliran Empirisme. Aliran Empirisme dikemukakan oleh John Locke (1704-1932) seorang filsuf Inggris. Empirisme juga berasal dari bahasa latin, dengan kata asal emiricus yang berarti pengalaman. Aliran ini juga dinamakan aliran âTabularasaâ yang berarti seseorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulisi
Pengertian Aliran PendidikanAliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru dan begitu Aliran Pendidikan1. Aliran KlasikA. Aliran Empirisme Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman empiris nyata melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung Joseph, 2006.Jadi segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan Locke dalam Joseph 2006 tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk perkembangan jiwa anak didik adalahlingkungan melalui pintu gerbang inderanya yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses Aliran Nativisme. Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika pembawaanya baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang diinginkan dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat, yakni lingkungan yang Aliran Konvergensi. aktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting, keduanya tidak dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini juga mengakui bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembawaan baik dan pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan Stern mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung dari pembawaan dari lingkugan yang keduanya merupakan sebagaiman dua garis yang bertemu atau menuju pada satu titik yang disebut beberapa uraian diatas, teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan adalah teori konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungann atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan Aliran Naturalisme Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungna yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak kea rah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat alami makan pendidikan yang dimaksud terakhir ini betrpengaruh positif terhadap perkembangan Aliran ModernA. Progresivisme Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak child-centered, sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru teacher-centered atau bahan pelajaran subject-centered.- Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik experience curriculum.- Metode pendidikan Progresivisme antara lain1. Metode belajar Metode memonitor kegiatan Metode penelitian Pendidikan berpusat pada anak. Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang Esensialisme Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti esensial dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau Metode pendidikan1. Pendidikan berpusat pada guru teacher centered.2. Peserta didik dipaksa untuk Latihan Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan Rekonstruksionalisme Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di Tujuan pendidikanSekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara Perennialisme Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian Tujuan pendidikanDiharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan Idealisme Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli cita dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan approach secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara Tujuan PendidikanAgar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling KurikulumKurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa Aliran Pokok Pendidikan Aliran pokok pendidikan di Indonesia yang dimaksud adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Perguruan Kebangsaan Taman SiswaPerguruan Kebangsaan Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta.⢠Asas dan Tujuan Taman SiswaTaman Siswa memiliki tujuh asas perjuangan yang dikenal dengan âAsas 1922â, antara laina. Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya persatuan dalam perikehidupan Pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahri dan batin dapat memerdekakan Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan Pengajaran harus tersebar luas sampai menjangkau seluruh Mengejar kemerdekaan hidup hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang Mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin dengan mengorbankan segala kepentingan pribadi demi kebahagiaan perkembangannya, Taman Siswa melengkapi âAsas 1922â dengan âDasar-Dasar 1947â yang disebut pula âPanca Dharmaâ. Asas-asas tersebut antara lain asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa antara laina. Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswaa. Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang ada hubungannya dengan bidang kegiatan Taman Menumbuhkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa, sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang yang Dicapai1. Taman Siswa Taman siswa telah mencapai berbagai hal seperti gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan banyak yang menjadi tokoh nasional, seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Ruang Pendidik INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1962 di Kayu dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu logis dan atau pembawaan seiring perkembangan zaman, asas tersebut berkembang menjadi dasar-dasar pendidikan. Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah rakyat ke arah pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan para pemuda agar berguna untuk kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung mandiri dalam Ruang Pendidik INS Kayu Tanam Usaha-usaha yang dilakukan Mohammad Sjafei dan kawan-kawan antara lain memantapkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional, pengembangan Ruang Pendidik INS, upaya pemberantasan buta huruf, penerbitan majalah anak-anak, dan yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam INS Kayu Tanam telah mengupayakan gagasan tentang pendidikan nasional, beberapa ruang pendidikan,dan sejumlah alumni. Salah satu Alumni pun telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei yakni Dasar-Dasar Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesiaa. Alam Sekitar Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart diBelanda dengan Het Voll Pusat Perhatian Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu Metode Global dan Centre dâ Kerja Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di Proyek Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antaralain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting,utamanya masyarakat maju.
Disamping itu, filsafat pendidikan dapat pula didekati dari ide-ide filosofis yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Dalam tulisan ini, Beberapa Aliran Filsafat Pendidikan Dalam filsafat pendidikan kita mengenal beberapa aliran : perenialisme (berakar pada realisme) ; esensialisme (berakar pada idealisme dan realisme
Assalamualaikum Halo teman-teman! Bagaimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya. Pada kesempatan kali ini saya akan kembali membahas mengenai 'Pendidikan'. Lalu apa sih pokok bahasan kali ini? Yap! sesuai dengan judulnya kali ini saya akan membahas mengenai 'Aliran-Aliran serta Gerakan-Gerakan Pendidikan di Indonesia'. Tanpa berlama-lama lagi mari kita masuk ke pokok bahasan. Selamat membaca! Proses pendidikan berada dan berkembang bersama perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya merupakan proses yang satu Nanuru, 2013. Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Pendidikan di dalam masyarakat senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi yang sejalan dengan tuntutan, perkembangan dan kemajuan masyarakat dari zaman ke zaman Nadirah, 2013. Mengingat perkembangan kehidupan dan pelaksanaan pendidikan bersifat dinamis, maka gagasan-gagasan yang muncul pun bersifat dinamis sesuai dengan alam pikir dan dinamika manusianya. Kondisi ini akhirnya mendorong lahirnya aliran-aliran dalam Pendidikan. Aliran Pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam pendidikan perlu dikuasai oleh para calon pendidik karena pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik menyeluruh. Menurut Tirtarahardja & Sulo 2005 aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini, dikenal dengan istilah rumpun aliran klasik dan aliran gerakan setiap aliran Pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memangdang perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan atas faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perkembangan manusia. Untuk memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai hal itu, maka berikut ini disajikan berbagai aliran-aliran dan gerakan-gerakan dalam KlasikAliran klasik adalah pandangan hidup yang mempunyai nilai atau mutu yang diakui dan menjadi tolak ukur kesempurnaan yang abadi atau tertinggi. Sampai saat ini aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Aliran klasik dalam Pendidikan dibagi menjadi empat yaituAliran EmpirismeJohn LockeEmpirisme berasal dari kata empire, yang artinya pengalaman. Tokoh utama aliran ini ialah John Locke 1632-1704. Nama asli aliran ini adalah âThe School of British Empiricismâ aliran empirisme Inggris. Namun aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama âenvironmentalismeâ aliran lingkungan dan psikologi bernama âenvironmental psychologyâ psikologi lingkungan yang relatif masih baru Syah, 2002. Locke memandang bahwa anak yang dilahirkan itu ibaratnya meja lilin putih bersih yang masih kosong belum terisi tulisan apa-apa, karenanya aliran atau teori ini disebut juga Tabularasa a blank sheet of paper yang berarti meja lilin putih, sebuah istilah bahasa latin yang berarti âBuku Tulisâ yang kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa menekankan arti pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan, dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir di anggap tidak ada pengaruhnya. Masa perkembangan anak menjadi dewasa itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil. Pada dasarnya manusia itu bisa didik apa saja menurut kehendak lingkungan dalam arti luas, pengalaman dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi seseorang Ahmadi & Uhbiyati, 1991; Thoib, 2008. Dalam hal ini, alamlah yang membentuknya. Pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme paedagogis, karena upaya pendidikan hasilnya sangat optimis dapat mempengaruhi perkembangan anak, sedangkan pembawaan tidak berpengaruh sama sekali Suryabrata, 2002; Purwanto, 2004. Aliran ini mengandaikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor pengalaman yang berada di luar diri manusia, baik yang sengaja di desain melalui pendidikan formal maupun pengalaman-pengalaman tidak disengaja yang diterima melalui pendidikan informal, non formal, dan alam sekitar. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikanlah yang menentukan masa depan manusia, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam, seperti bakat dan keturunan tidak mempunyai pengaruh sama sekali dalam menentukan masa depan manusia Setianingsih, 2008. Menurut Mudyahardjo et al 1992 empirisme dipandang sebagai hal yang paling produktif, karena dalam dunia pendidikan lingkunganlah yang berperan besar untuk membentuk potensi dan pengetahuan peserta didik. Ada beberapa lingkungan yang berperan dalam proses pendidikan, diantaranya adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam proses ini inderawi sepenuhnya sangat berperan dalam berlangsungnya proses pendidikan dan menjadi hal yang nyata dalam praktek pendidikan. Aliran empirisme berkembang luas di dunia Barat terutama Amerika Serikat. Aliran ini dalam perkembangannya menjelma menjadi aliran/ teori belajar behaviorisme yang dipelopori oleh William James dan Large. Banyak pula pengaruh aliran ini terhadap pandangan tokoh pendidikan Barat lainnya, seperti Watson, Skinner, Dewey, dan sebagainya. Aliran Nativisme Arthur SchopenhauerAliran nativisme berlawanan 180° dengan aliran empirisme. Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti kelahiran atau native yang artinya asli atau asal. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer 1788-1860 seorang filosof Jerman Ilyas, 1997. Dalam artinya yang terbatas, juga dapat dimasukkan dalam golongan Plato, Descartes, Lomborso, dan pengikut-pengikutnya yang berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki/membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau keturunan. Sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang bersifat keturunan herediter inilah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta hasil pendidikan sepenuhnya Nadirah, 2013. Aliran nativisme mengesampingkan peranan lingkungan sosial, pembinaan dan pendidikan. Aliran nativisme ini nampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia dan aliran ini erat kaitannya dengan aliran intuisme dalam penentuan baik dan buruk manusia. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peran pembinaan dan pendidikan Nata, 2002. Nativisme menganggap pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, tidak mempengaruhi perkembangan anak didik, kecuali hanya sebagai wadah dan memberikan rangsangan saja. Pandangan tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis, karena sangat pesimis terhadap upaya-upaya dan hasil pendidikan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, aliran nativisme menolak dengan tegas adanya pengaruh eksternal. Pendidikan tidak berpengaruh sama sekali dalam membentuk manusia menjadi baik. Sebaliknya, kalau kita menginginkan manusia menjadi baik, maka yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kedua orang tuanya karena merekalah yang mewariskan faktor-faktor bawaan kepada anak-anaknya. Nativisme jelas merupakan aliran yang mengakui adanya daya-daya asli yang telah terbentuk sejak lahirnya manusia ke dunia. Daya-daya tersebut ada yang dapat tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuan manusia dan ada yang dapat tumbuh berkembang hanya sampai pada titik tertentu sesuai dengan kemampuan individual manusia Setianingsih, 2008. Beberapa tokoh yang berhubungan dengan aliran nativisme adalah Rochacher, Rosear, dan Basedow. Rochacher mengatakan bahwa manusia adalah hasil proses alam yang berjalan menurut hukum tertentu. Manusia tidak dapat mengubah hukum-hukum tersebut. Rosear mengatakan bahwa manusia tidak dapat dididik. Pendidik malah akan merusak perkembangan anak. Pendidikan adalah persoalan yang membiarkan atau membebaskan pertumbuhan anak secara kodrati. Sementara itu, Basedow mengatakan bahwa pendidikan adalah pelanggaran atas kecenderungan berkembang yang wajar dari anak. Berdasarkan pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh penganut aliran nativisme, maka dapat diklasifikasikan faktor-faktor perkembangan manusia menurut aliran nativisme, antara lain Faktor Genetik, faktor genetik dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang ada pada diri Kemampuan Anak, merupakan faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang dia miliki. faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang dia miliki. Faktor Pertumbuhan Anak, merupakan faktor yang mendorong anak mengetahui bakay dan minatnya disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami. Aliran ini juga disebut predestinatif yang menyatakan bahwa perkembangan atas nasib manusia telah ditentukan sebelumnya, yakni tergantung pada bawaan dan bakat yang dimilikinya. Aliran ini masih memungkinkan adanya pendidikan. Namun, mendidik menurut aliran ini membiarkan anak tumbuh berdasarkan pembawaannya. Berhasil tidaknya perkembangan anak tergantung kepada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimiliki anak. Apa yang patut dihargai dari pendidikan atau manfaat yang diberikan oleh pendidikan, tidak lebih dari sekadar memoles permukaan peradaban dan tingkah laku sosial, sedangkan lapis yang mendalam dan kepribadian anak, tidak perlu Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 pasal 2 menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung perncapaian tujuan pendidikan nasional. diharapkan pendidikan dengan cata ini dapat mengembangkan potensi peserta didik yang ia miliki sebagai pembawaannya sejak lahir. karena itu, pendidikan dalam hal ini hanya memfasilitasi peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya. Aliran KonvergensiWilliam SternAliran konvergensi dikemukakan oleh seorang filsuf berkebangsaan Jerman bernama William Stern 1871-1939. Konvergensi yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu convergen yang artinya memusat. Dalam hal ini penganut aliran konvergensi berpendapat bahwa hasil Pendidikan tergantung dari faktor pembawaan dan faktor situasi lingkungan yang seakan-akan terdapat dua garis menuju atau memusat pada suati titik yang merupakan hasil dari Pendidikan atau perkembangan. Aliran ini ingin mengompromikan dua macam aliran yang eksterm, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme, dimana pembawaan dan lingkungan sama pentingnya, kedua-duanya sama berpengaruh terhadap hasil perkembangan anak berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan merupakan dua garis yang menuju kepada suatu titik pertemuan garis pengumpul, oleh karena itu perkembangan pribadi sesungguhnya merupakan hasil proses kerjasama antara potensi heriditas internal dan lingkungan, serta pendidikan eksternal Djumaranjah, 2004. Aliran konvergensi menyatakan bahwa pembawaan tanpa dipengaruhi oleh faktor lingkungan tidak akan bisa berkembang, demikian juga sebaliknya. Potensi yang ada pada pembawaan dari seorang anak akan berkembang ketika mendapat pendidikan dan pengalaman dari secara psikis untuk mengetahui potensi yang ada pada anak didik yaitu dengan cara melihat potensi yang dimunculkan pada anak tersebut. Pembawaan yang disertai disposisi telah ada pada masing-masing individu yang membutuhkan tempat untuk merealisasikan dan mengembangkannya. Aliran konvergensi pada prinsipnya berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan sama pentingnya. Perkembangan jiwa seseorang tergantung pada bakat sejak lahir dan lingkungannya,khususnya pendidikan. Peran pendidikan adalah memberi pengalaman belajar agar anak dapat berkembang secara optimal. Jadi menurut aliran konvergensi 1 pendidikan dapat diberikan kepada semua orang, 2 pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengembangkan pembawaannya yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk, 3 hasil Pendidikan tergantung dari pembawaan dan lingkungan Moerdiyanto, 2011.Banyak bukti yang menunjukkan, bahwa watak dan bakat seseorang yang tidak sama dengan orang tuanya itu, setelah ditelusuri ternyata waktu dan bakat orang tersebut sama dengan kakek atau ayah/ibu kakeknya. Dengan demikian, tidak semua bakat dan watak seseorang dapat diturunkan langsung kepada anak-anaknya, tetapi mungkin kepada cucunya atau anak-anaknya cucunya. Alhasil, bakat dan watak dapat tersembunyi sampai beberapa generasi Syah, 2002.Aliran NaturalismeJean Jaquest RousseauNatur atau natura artinya alam, atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini ada persamaannya dengan aliran nativisme beberapa ahli menyebut dengan istilah âsamaâ, âhampir samaâ dan âsenadaâ. Istilah natura telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada system total dari fenomena ruang dan Naturalisme dipelopori oleh Jean Jaquest Rousseau. Ia mengatakan, âSegala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia â. Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam. Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi Ilyas 1997 naturalisme bependapat bahwa pada hakekatnya semua anak manusia adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta, tetapi akhirnya rusak sewaktu berada di tangan manusia. Oleh karena itu, Rousseau menciptakan konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia jangan banyak mencampurinya. Rousseau juga berpendapat bahwa jika anak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma, hendaklah orang tua atau pendidik tidak perlu untuk memberikan hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Aliran naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses epmbelajaran diantaranya adalahAnak didik belajar melalui pengalamannya sendiriPendidik hanya menyediakan lingkungan belajar atau fasilitas-fasilitas yang dapat mengembangkan potensi peserta didik misalnya kegiatan ekstrakurikulerProgram Pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar peserta Modern Aliran-aliran baru yang turut mempengaruhi proses pendidikan di indonesia adalah sebagai berikut Progresivisme Aliran progresivisme mengatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak didik yang berkuailitas dan terus maju progress sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru dan bahan pelajaran. Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Aliran progresivisme sangat berpengaruh terhadap pemulihan harkat dan martabat anak dalam pendidikan karena anak mempunyai indidvidualitas sendiri-sendiri, mempunyai alur pemikiran sendiri,mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dana kecemasan sendiri yang berbeda dengan oerang dewasa. Esensialisme Aliran esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Aliran ini berusaha menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala. Tujuannya adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah bertahan sepanjang waktu sehingga berharga untuk diketahui semua orang. Perenialisme Perenialisme diambil dari kata perenial yang artinya kekal atau abadi. sehingga perenialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran dan nilai-nilai yang bersifat kekal. Menurut aliran ini dengan adanya ilmu pengetahuan maka seseorang dapat berpikir secara induktif artinya metode pemikiran yg bertolak dari peristiwa khusus untuk menentukan kaidah yg umum atau penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yg khusus untuk diperlakukan secara umum. Maka tujuan utama dari pendidikan menurut aliran ini adalah agar peserta didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental dan membina pemimpin yang sadar dan mempraktekkannya dalam semua aspek kehidupan. Rekonstruksionalisme Kata rekonstruksionalisme dalam kamus bahasa inggris berasal dari kata reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam kontek pendidikan aliran ini adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran ini mengatakan bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Tujuan utama pendidikan menurut aliran ini adalah untuk membagkitkan kesadaran peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah. Idealisme Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, harmonis, penuh warna dan mampu membantu indidvidu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan aliran pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlu adanya persaudaraan sesama manusia. Seseorang tidak hanya menuntut hak pribadinya tapi juga menciptakan hubungan yang baik, pengertian dan saling Pokok PendidikanAliran pokok pendidikan di Indonesia yang dimaksud adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Kebangsaan Taman SiswaKi Hajar DewantaraSementara berlangsung pemerintahan kolonial itu, ada pula dua tokoh pemuka Indonesia sendiri yang merintis suatu sistem persekolahan tersendiri, yang secara teknis bersifat modern seperti sekolah-sekolah yang diperkenalkan oleh Belanda, namun dalam semangat dan isi pelajaran sangat berjiwa ketimuran dengan membawa cita-cita kemandirian bangsa. Tokoh pertama adalah Soewardi Soerjaningrat, atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan pada tahun 1921 atau tahun Caka 1852 yang memiliki semboyan âLawan Sastra Ngesti Muliaâ. Setahun kemudian pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta muncul organisasi baru benama Persatuan Taman Siswa yang memiliki semboyan âSuci Tata Ngesti Tunggalâ. Secara lengkap nama perguruan itu adalah âNationaal Onderwijs Instituut Taman Siswaâ.Pada tanggal 6 Januari 1923, dalam National Onderwijs Instituut Tamansiswa dibentuk majelis yang disebut âInstituutraadâ, yang bertugas memperlancar jalannya pendidikan. Dalam konferensinya di Yogyakarta tanggal 20-22 Oktober 1923, perguruan ini memperluas Institut menjadi Hoofdraat Majelis Luhur. Pada tahun 1930, National Onderwijs Instituut Tamansiswa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam menjalankan proses pendidikannya dengan menggunakan âSistem Amongâ yang mendasarkan pada Pertama, kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakan kekuatan lahir batin, sehingga dapat hidup berdiri sendiri. Kedua, kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepatcepatnya dan sebaik-baiknya Sulistya, 2002. Tercatat bahwa pada tahun 1942 cabang Taman Siswa berjumlah 199 sekolah tersebar di beberapa daerah, terutama di pulau-pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, dengan pada waktu itu mempunyai sekitar 650 orang guru Hassan, 2005; Tim Paradigma Pendidikan BSNP, 2010. Menurut Tirtarahardja & Sulo 2005 awalnya Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria Taman Kanak-Kanak dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda SD, disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru Mulo-Kweekschool. Sekarang ini, telah dikembangkan sehingga meliputi pula Taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana Wiyata. Dengan demikian, Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terkenal yang diungkapkan dalam bahasa Jawa berbunyai âing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayaniâ, sebagai pedoman perilaku bagi guru yang artinya âdi depan memberi teladan, di tengah menyemangati, dan mengiringkan dari belakang sambil memberi kekuatanâ. Tokoh ini mendorong diberikannya juga bahan-bahan ajar yang digali dari kebudayaan setempat, sehingga dapat dikatakan bahwa kiprahnya dalam penyelenggaraan pendidikan itu adalah juga merupakan suatu gerakan dan Tujuan Taman Siswa Menurut Tirtarahardja & Sulo 2005 Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah Kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut dikenal dengan âasas 1922â, sebagai berikut Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri zelf besschikkingsrecht dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan zelfbegrotings-system. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan zelfbegrotings-system. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak berhamba pada anak didik. Didirikannya perguruan Taman siswa disebabkan karena keadaan pendidikan bagi rakyat Indonesia yang sangat kurangnya pengajaran yang diberikan oleh Belanda kepada bangsa Indonesia, pendidikannya sangat tidak sesuai dengan kepentingan hidup bangsa Indonesia sendiri, dan bahkan meracuni jiwa anak, menanamkan jiwa budak pengabdi kepentingan kolonial sehingga sangat mengecewakan rakyat Indonesia. Menurut Tirtaraharda & Sulo 2005 tujuan Taman Siswa adalah sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang tertib dan Pendidik INS Kayu Tanam Mohammad SjafeiRuang pendidik INS Indonesia Nederlandsche School didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam 9 Sumatra Barat. Pada tahun 1952, dengan hanya ada 30 orang siswa, INS mendirikan percetakan Sridharma yang menterbitkan majalah bulanan Sendi dengan sasaran khalayak adalah anak â anak. INS Kayutanam adalah satu sekolah modern bercorak nasional yang peranannya cukup besar pada perkembangan dunia Pendidikan Indonesia, khususnya di Sumatera Barat Halimah, 2012 Lahirnya Ruang Pendidik INS Kayutanam tidak terlepas dari upaya Mohammad Sjafeâi mewujudkan cita-cita dari kedua orang tua angkatnya. Ia juga didukung oleh sebuah organisasi perkumpulan buruh kereta api yang bernama Vereeniging Bumi Poetra Staats-Spoors VBPSS berkedudukan di Padang yang dipimpin oleh Abdul Rachman. Tujuan awal pendidikan Ruang Pendidik INS Kayutanam adalah mendidik manusia supaya menjadi manusia, membimbing anak didik kepada diri, dan bakat yang dimilikinya. Ruang Pendidik INS Kayutanam lebih di kenal sebagai âSekolah Ahli Tukangâ, maksudnya lulusan Ruang Pendidik INS Kayutanam ini setiap muridnya memiliki talenta dan kemauan untuk berkarya. Seperti kata Mohammad Sjafeâi, murid yang datang ke INS masuk dengan satu pintu dan keluar dengan banyak pintu. Barnadib 1983 dan Raharja 2008 menjelaskan bahwa sekolah dari Mohammad Sjafeâi sebagai bentuk reaksi dari sekolah-sekolah Pemerintah Hindia Fhadilla 2014 pada awal berdiri nama perguruan ini memakai bahasa Belanda yakni Indonesisch Nederlandsch School dengan kependekan INS. Maksud nama ini menggunakan bahasa Belanda dikarenakan sewaktu berdiri negara Indonesia berada di bawah kekuasaan Belanda agar tidak menimbulkan rasa curiga terhadap sekolah yang didirikan oleh Mohammad Sjafeâi. Sebelumnya sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda dalam pemberian nama selalu mendahulukan kata Hollandsch baru setelah itu kata Indonesisch. Pada masa pendudukan Jepang, kependekan dari INS berganti arti yakni Indonesia Nippon School. Penamaan ini bertujuan sebagai pelindung diri atas kekejaman tentara Jepang. Pada periode kemerdekaan Indonesia, kependekan dari INS berubah menjadi Indonesia National School, nama ini sesuai dengan kondisi daerah Kayutanam saat itu. Pada tahun 1972 dalam rapat Munas di Jakarta, atas usulan dari Prof. Dr. Deliar Noer mengusulkan agar kepanjangan dari INS diganti menjadi Institut Nasional Sjafeâi dan masyarakat Kayutanam sendiri menyebut sekolah ini dengan sebutan âINS Kayutanamâ. Pada tahun 1975 Ruang Pendidik SMA INS Kayutanam memakai kurikulum nasional yang diintegrasikan dengan kurikulum Mohammad Sjafeâ Baru PendidikanPengajaran Alam SekitarJ. Ligthart Aliran pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar yang dirintis oleh Fr. A. Finger dengan heimatkunde pengajaran alam sekitar di Jerman, J. Ligthart di Belanda dengan Het Volle Leven kehidupan senyatanya. Prinsip yang dianut dalam heimatkunde yakni Tirtarahardja & Sulo, 2005 Dalam pengajaran alam sekitar, guru dapat memeragakan secara alam sekitar memberikan kesempatan sebanyakbanyaknya agar anak berpartisipasi alam sekitar memungkinkan untuk diberlakukan pengajaran totalitas dengan ciri segala bahan pengajaran berhubunghubungan satu sama alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak alam sekitar memberikan apersepsi emosional terhadap anak didik. Sementara Het Volle Leven memiliki prinsip sebagai berikut Tirtarahardja & Sulo, 2005 Pengajaran alam sekitar mengajarkan anak untuk mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran diadakan perjalanan memasuki hidup agar murid paham akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya. Pada dasarnya, banyak faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan baik faktor yang berasal dari dalam maupun luar. Secara makro, faktor dari luar merupakan sistem yang berada di luar pendidikan, antara lain ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya, lingkungan alam, dan lain-lain. Faktor itu saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan sistem pendidikan. Dengan demikian, pendidikan akan dipengaruhi oleh bahkan berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan alam dalam ekosistem yang lebih luas. Konsep ini mengarahkan pada pemahaman dan pembahasan pendidikan dilihat dalam perspektif Pusat PerhatianOvideminat DecloryMenurut Tirtarahardja & Sulo 2005 pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Declory 1871-1932 dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat centres dânternet, di samping pendapatnya tentang pengajaran global. Pendidikan menurut Declory berdasar pada semboyan ecole pour ia vie, par la vie sekolah untuk hidup dan oleh hidup. Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri tentang hasrat dan cita-citanya dan pengetahuan tentang dunianya lingkungannya, terdapat hidup di hari depannya. Pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif. Penelitian secara tekun yang dilakukan Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas, yaituMetode global keseluruhanBerdasarkan observasi dan tes, ia berpandangan bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global keseluruhan. Mengingat keseluruhan lebih dulu daripada bagian-bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan mengajarkan kalimat lebih mudah diajarkan daripada mengajarkan huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat video visual sebab arti sesuatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda tulisan atau suatu gambar yang dapat dâinternet pusat-pusat minat.Berdasarkan penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang spontan sewajarnya. Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan oleh guru, maka pengajaran itu tidak tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan terhadap masyarakat biososial.Minat terhadap diri sendiri itu dapat kita bedakan menjadiDorongan mempertahankan diri,Dorongan mencari makan dan minum danDorongan memelihara minat terhadap masyarakat ialahDorongan sibuk meniru orang inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan pendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat Pengajaran Pusat Perhatian adalah sebagai berikutPengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan beban pengajaran harus merupakan keseluruhan, tidak mementingkan bagian tetapi mementingkan keberartian dari keseluruhan ikatan bagian didorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan di didik untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung ada hubungan kerjasama yag erat antara rumah dan keluarga. Gerakan pengajaran pusat perhatian telah mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi cara mengajar dan lain-lain agar perhatian siswa tetap terpusat pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi pengajaran, peluang mengadakan variasi tersebut menjadi terbuka lebar, dan dengan demikian upaya menarik minat menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian dalam pengajaran biasanya dilakukan bukan hanya pada pembukaan pengajaran, tetapi juga pada setiap kali akan membahas sub topik yang KerjaG. Kerschensteiner Menurut Tirtarahardja & Sulo 2005 dan Sagala 2010 gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Tokoh pendidikan sekolah kerja ini adalah G. Kerschensteiner 1854-1932 dengan konsep âArbeitschuleâ Sekolah Kerja di Jerman. Sekolah kerja bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain sekolah berkewajiban menyiapkan Negara yang baik yakni Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan; Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara;Dalam menunaikan kedua tugas tersebut harus diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut berbuat sesuai dengan kesusilaan serta menjaga keselamatan negara. Tujuan sekolah kerja ini menurut Kerschensteiner sebagai pencetus sekolah kerja adalah Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri; Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu; Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi Negara. Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Bekerja di sini bukan pekerjaan otak yang dipentingkan, melainkan pekerjaan tangan Tirtarahardja & Sulo, 2005; Sagala, 2010.Pengajaran ProyekJohn DeweyDasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran-pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewey 1859-1952 namun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikut utamanya W. H. Kilpartrick. Pengajaran proyek memberi kebebasan pada anak untuk menentukan pilihannya, merancang serta memimpinya. Proyek yang ditentukan oleh anak mendorongnya mencari jalan pemecahan bila dia menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong. Pengajaran proyek digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran proyek,pengajaran unit,dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah secara multidisiplin Tirtarahardja & Sulo, 2005. Praktek belajar dan pembelajaran dekade terakhir ini mengenalkan kita pada istilah PjBL atau Pembelajaran Berbasis Proyek. Para ahli memberi pengertian tentang PjBL. Menurut University of Nottingham, metode pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan authentic dan perancangan produk dan tugas. Menurut Baron, pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya. Menurut Blumenfeld et al, pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata. Sementara itu, Boud & Felleti mengartikannya sebagai cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktivitas pelajar Husamah, 2013. Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Project Based Learning pada umumnya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja performance, yang secara umum pebelajar melakukan kegiatan mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi. Proyek seringkali bersifat interdisipliner. Menurut Husamah 2013 selama berlangsungnya proses belajar dalam PjBL pelajar akan mendapat bimbingan dari narasumber atau fasilitator, tergantung dari tahapan kegiatan yang dijalankan. Narasumber bertugas menyusun trigger problems, sebagai sumber pembelajaran untuk informasi yang tidak ditemukan dalam sumber pembelajaran bahan cetak atau elektronik, melakukan evaluasi hasil pembelajaran. Secara umum peran fasilitator adalah memantau dan mendorong kelancaran kerja kelompok, serta melakukan evaluasi terhadap efektifitas proses belajar itu dia penjelasan mengenai 'Aliran-Aliran serta Gerakan-Gerakan Pendidikan di Indonesia'. Saya harap, kalian semua yang membaca ini dapat mengetahui dan memahaminya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kalian semua yang membaca dan diharapkan mendapatkan pengetahuan yang baru. Sekian pembahasan dari saya. Terima kasih ŸËâ ŸËĹ
KzwVNJl. tvka3pi946.pages.dev/238tvka3pi946.pages.dev/146tvka3pi946.pages.dev/317tvka3pi946.pages.dev/70tvka3pi946.pages.dev/191tvka3pi946.pages.dev/287tvka3pi946.pages.dev/71tvka3pi946.pages.dev/205tvka3pi946.pages.dev/399
aliran pokok pendidikan di indonesia